Laskar Pelangi PKS
Erwin Abbas
Kutai Timur
***
Kutai Timur
***
Izinkan saya bercerita tentang perkenalan saya dengan sebuah partai beraliran religi yang baru lahir kala itu.
Saya tinggal di desa kecil di pedalaman Kaltim. Saat itu, saya masih
duduk dibangku SMP kelas 1. Saya sangat suka membaca, sayang desa kami
tergolong desa tertinggal sehingga tak banyak buku yang bisa dibaca.
Tapi saya masih bersyukur karena lembaran koran bekas yang digunakan
untuk membungkus kue bisa menjadi alternatif bacaan yang menyenangkan,
mungkin jika dimirip-miripkan maka tak jauh beda seperti kisah Lintang
dalam Film Laskar Pelangi, yang gemar membaca meski hanya dari
koran-koran bekas.
Menjelang pergelaran Pemilu 1999, berbagai atribut partai terpampang,
partai-partai itu kemudian berkampanye ria hingga ke pelosok negeri.
Desaku juga tak luput dari kedatangan mereka. Masyarakat desa yang lugu
tak menyimak apa yang mereka orasikan, mereka hanya menanti hadiah
doorprize atau uang yang dihamburkan ke tengah lapangan serta hiburan
dari band-band dangdut yang sengaja dibawa oleh partai-partai itu untuk
memikat masyarakat agar hadir ke lapangan kampanye. Memang musik dangdut
sungguh luar biasa, mampu menyihir masyarakat menggoyangkan pinggulnya,
minimal kedua jari jempol tangannya.
Saya pun tak mau ketinggalan ikut menyaksikan hiburan yang sangat jarang
tersebut, meski hanya memantau dari kejauhan, maklum saya tergolong
anak yang pemalu. Apalagi artis yang tampil di atas panggung mengenakan
pakaian seksi, sehingga saya merasa tidak pantas untuk melihatnya lebih
dekat.
Di tengah keramaian, fokus saya tertuju pada koran-koran bekas yang
berhamburan di pinggir lapangan, koran-koran yang dibagikan oleh tim
sukses partai untuk dijadikan alas duduk atau untuk melindungi dari
sengatan terik matahari. Awalnya saya hanya memungut selembar koran yang
terpisah dari halaman-halaman lainnya, saya tertarik dengan gambar
Michael Owen yang terpampang di lembaran koran itu, Owen adalah salah
satu striker idola saya. Begitu asyik membaca berita tentang Owen,
membuat saya terhanyut dan melupakan keramaian kampanye, rasa malu itu
tiba-tiba lenyap, satu persatu koran bekas itu saya pungut, bahkan yang
terkoyak sekalipun tetap saya kumpulkan, sambil bergumam dalam hati,
hari-hari saya akan menyenangkan karena akan banyak bacaan, paling tidak
untuk seminggu kedepan.
Koran yang telah terkumpul cukup banyak, saya membawanya ke tepi
lapangan, di bawah pohon kakau (pohon cokelat) yang rindang yang
mengelilingi lapangan yang saat itu digunakan untuk berkampanye, saya
rapikan satu persatu koran-koran itu, sembari membaca judul-judul
tulisan yang bercetak tebal. Hingga sampailah pada sebuah tulisan “Naik
Sepeda Ontel untuk Berdakwah”, begitu kira-kira redaksi judul salah satu
tulisan yang ada dikoran itu. Saya langsung membaca isi dari judul
tulisan itu, saya terkesima dan terharu dengan perjuangan seorang bapak
paruh baya yang mendatangi daerah-daerah untuk mengisi pengajian dengan
menggunakan sepeda ontel, disebutkan bahwa beliau aktif pada sebuah
partai bernama Partai Keadilan. Sebuah partai beraliran Islam yang baru
lahir kala itu.
Meskipun tidak terlalu banyak tahu tentang politik, tapi setidaknya saya
menyimak bagaimana partai besar yang ada pada saat itu hanya mengumbar
janji, begitu mereka terpilih, mereka tidak pernah muncul lagi sampai
pada kampanye berikutnya. Ada sedikit asa yang kemudian hadir dari
sepenggal tulisan itu. Sambil bergumam dan berdoa dalam hati, semoga
bapak yang baik hati itu mendapatkan pahala yang banyak dari Allah SWT
atas perjuangannya menyebarkan dan mengajarkan Islam.
Hampir lima belas tahun berselang, meski sudah tidak bersemangat seperti
dulu lagi, saya tetap suka membaca, kini saya yang kewalahan, karena
waktu dan kesempatan yang tersedia terlalu sedikit untuk menyimak ribuan
tulisan yang ada, baik di media cetak maupun elektronik.
Alhamdulillah, saya bersyukur, karena Allah SWT memperkenankan saya
mengenal lebih dekat Partai Keadilan yang saat ini berganti nama menjadi
Partai Keadilan Sejahtera. Ternyata tulisan yang saya baca belasan
tahun lalu bukan tulisan biasa yang hanya menceritakan kisah heroik
belaka. Karena kenyataannya, saya banyak menemukan sosok seperti itu di
Partai Keadilan Sejahtera. Para kadernya luar biasa terjaga, siap
menjaga dan siap bekerja. Selalu terdepan memberikan bantuan kepada
masyarakat ditengah keterbatasan mereka, tak jarang uang simpanan
pribadi dikeluarkan untuk membantu yang membutuhkan.
Subhanallah, mereka bekerja bukan untuk tahta dan jabatan, mereka
bekerja dengan hati dan hanya berharap ridho Ilahi. Semoga Allah
istiqomahkan hati dan langkah mereka. Jika saat ini mereka memiliki
slogan “PKS 3 Besar”, semoga Allah mudahkan mereka mencapainya. Karena
saya yakin kerja ikhlas mereka untuk negeri ini akan mendapat tempat
dihati masyarakat Indonesia. Sehingga tak perlulah menghalalkan segala
cara jika hanya untuk memenangkan pemilu. Kalaupun pada akhirnya PKS
kalah, itu artinya Allah masih ingin melihat PKS lebih giat lagi
bekerja, kalaupun pada akhirnya PKS mencapai targetnya itu semata-mata
karena pertolongan Allah yang membuka hati masyarakat Indonesia untuk
mendukung perjuangan dakwah ini. []
Laskar Pelangi PKS
Reviewed by PKS Deli Serdang
on
3/28/2013
Rating:
Reviewed by PKS Deli Serdang
on
3/28/2013
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar