Sekotak Tisu PKS
Menulis tentang PKS memang asyik karena banyak bahan.
Semoga tidak salah tulis dan tidak ada pihak2 yang marah, entah yang suka atau
yang tidak suka dengan PKS. Kali ini tentang kotak tisu, yang saya maksud tentu
saja tisu sekotak bukan kotak tisu tanpa isi. Tisu yang dimaksud adalah tisu
pembersih muka, agar tidak keliru dengan tisu gulung atau tisu yang berisi 10
biji.
Tisu terbuat dari serat kayu dengan sedikit filler
(bahan tambahan) dan sudah melalui proses yang cukup panjang. Kayu-kayu itu
diambil seratnya kemudian di lakukan proses bleaching (pemutihan) agar murni
serat dan berwarna putih. Bubur serat diditambah dengan tepung singkong
dan sedikit bahan lem dimasukkan roller untuk digiling dengan ketebalan yang
sama. Masuk mesin cutter untuk dipotong menjadi berukuran sama. Ditata
sedemikian rupa, jika diambil yang teratas (yang menjulur keluar) maka tisu
pada tumpukan berikutnya akan terseret dan muncul dengan posisi yang sama
dengan saat sebelum diambil.
Ketika saya melihat pergantian pengurus (dan terakhir
yang mencolok adalah digantinya LHI dengan AM) maka pergantian itu seperti
mencabut tisu paling atas kemudian diganti dengan tisu berikutnya. Tanpa
mengoyakkan tisu, tanpa merubah susunan tisu didalam kotak. Pergantian tisu
paling atas dengan berikutnya demikian mulus tanpa guncangan tanpa perubahan
susunan. Tisu2 yang didalam kota tetap tenang ditempatnya. Mereka tidak berebut
keluar lebih dahulu. Bahkan seandainya kota tisu itu digoncang2 dan dibanting2,
tisu2 yang didalam kotak tisu tetap tidak bergeming. Mereka seakan2 tetap
nyaman dengan posisinya. Mereka bergerak keluar ketika memang gilirannya
keluar. Dan juga bukan mogok untuk keluar jika gilirannya keluar.
Saya yakin bahwa mengapa tisu2 itu tidak saling
berebut karena sudah mengalami banyak proses, pemisahan serat dari kotoran,
pemutihan, pencampuran dengan bahan lain, masuk roller untuk diratakan
permukaannya, dipotong agar seragam ukurannya dsb.
Memang tisu barang mati jadi mudah diatur, tapi dengan
sistem apakah manusia bisa merapikan diri seperti itu ? tentu saja sekotak tisu
adalah suatu yang biasa. Tapi ‘sekotak tisu’ PKS rasanya masih fenomena. Fenomena
sebuah barisan. Yang tentu saja sistem pembentuknya juga ada proses-proses
tertentu.
Ketika sepasukan tentara sedang dalam posisi siap
tempur, jika sang komandan berkata: “Jangan menembak sebelum ada perintah”.
Maka tidak ada sebutir pelurupun yang keluar dari moncong senapan. Jadi ingat
kutipan kata Syafrie Syamsudin ketika menjadi komandan pasukan DKI saat
peristiwa 98, “Di Jakarta saat ini ada 100 ribu prajurit dan lebih dari sejuta
peluru. Seandainya satu saja peluru melesat dan mengenai seseorang maka akan
terjadi revolusi berdarah. Pasti terjadi bentrok. Tugas saya adalah menjaga
tidak ada satu butirpun peluru yang keluar.”
Fajar Muhammad Hasan di Kompasiana
Sekotak Tisu PKS
Reviewed by PKS Deli Serdang
on
3/11/2013
Rating:
Reviewed by PKS Deli Serdang
on
3/11/2013
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar